Kronologi Masuk dan Berkembangnya
Agama Hindu-Buddha di Indonesia
Di Susun Oleh :
KELOMPOK 5
Ketua :
Aldi Fahruraji
Sekertaris :
Siti Salma Alya
Munandar
Bendahara :
Nabila Jilan Ulayya
Anggota :
Bella Melania
Damanik
Fauzia Tripurnamawati
M. Adam Maulana
Yusuf
Yoshua Sihombing
PENDAHULUAN
Dengan menghaturkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan yang maha Esa, kelompok kami yaitu kelompok 5 akan mempersembahkan Makalah Sejarah yang berjudul tentang KRONOLOGI MASUKNYA DAN BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU-BUDDHA DI INDONESIA.
Makalah ini berisi tentang materi sejarah masuknya agama hindu-buddha di Indonesia. Menjelaskan sumber-sumber yang membuktikan bahwa bangsa Indonesiapun ikut andil dalam proses penyebaran agama Hindu-Buddha, hipotesis-hipotesis yang dikemukakan para ahli, wujud akulturasi kebudayaan india, dan wilayah-wilayah yang dipengaruhi dan tidak dipengaruhi kebudayaan Hindu Buddha.
Semoga Makalah kami ini dapat berguna dalam rangka agar semua orang yang membaca makalah ini dapat bertambah pengetahuannya, terutama dalam pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di bidang Sejarah. Diharapkan makalah kami, yang sudah dipersiapkan dengan seoptimal mungkin ini sangat bermanfaat bagi orang luas.
DAFTAR ISI
Pendahuluan ……………………..………………………………………………………………………………….. iii
A. Masuk dan Berkembangnya Agama Hindu-Buddha di Indonesia ……………........................................................................................... 1
B. Daerah yang di Pengaruhi dan Tidak di Pengaruhi Unsur Hindu-Buddha di Indonesia Sampai Abad XIV ………………………………………………………………………………………………….... 7
Penutup …………………………………………..……………………………………………………………… 9
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………………………………………... 10
|
A. Proses Masuk dan Berkembangnya
Pengaruh Hindu-Buddha ke Indonesia
Masuk dan berkembangnya
agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India ke Indonesia terjadi karena
adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India,dan bangsa-bangsa lainnya di
kawasan Asia Selatan ,Timur,dan Tenggara.Hubungan tersebut terjadi melalui
kegiatan politik dan diplomasi,pelayaran dan perdagangan,pendidikan,dan
kebudayaan.Melalui lalu lintas tersebut,terjadi pertukaran
barang,pengalaman,dan kebudayaan Hindu dan Buddha.
Catatan awal abad masehi
mengenai kedatangan orang-orang Hindu dan Buddha dari India ke Indonesia tidak
diketahui dengan pasti.Adapun hubungan antara India,Cina,dan Indonesia berasal
dari catatan orang Cina pada abad ke-5M.
Menurut catatan
tersebut,agama Buddha yang masuk ke Indonesia tidak hanya berasal dari India,tetapi juga dari Cina.Sejak awal
abad masehi,Cina mulai mengembangkan kekuasaannya ke wilayah Asia Tenggara dan
membentuk kerajaan yang berkiblat ke Cina.Penjelajah Cina yang yang paling awal
menyambut dan mengenal Jawa ialah Fa
Hsien. Ia menetap selama 12 tahun di India.Ketika dalam perjalanan pulang ke
Cina,Ia Hsien beserta rombongan yang berjumlah 100 orang,singgah di Jawa Mereka
singgah selama lima bulan sejak Desember
412 sampai Mei 413.
Hubungan pelayaran dan
perdagangan antara Jawa, Sumatera, Kanton (Cina), Sri Lanka, dan Kashmir
(India) dicatat pula oleh Gunawwarma. Ia adalah seorang pangeran dari kashimir
yang pernah tinggal lama di Jawa Pada 422,ia menyebarkan Buddhisme sebelum
berlayar ke Cina.Catatan singkat dari Gunawarmma ini menunjukkan bahwa pengaruh
kebudayaan India atau Cina bisa masuk melalui hubungan pelayaran dan
perdagangan antara Indonesia (Jawa) dan negeri-negeri di Asia
Tenggara,Timur,dan Selatan.
Van Leur
dan Wolters berpendapat bahwa
hubungan dagang antara India dan Indonesia lebih dahulu berkembang dibandingkan
hubungan perdagangan antara Indonesia dan Cina. Bukti keterlibatan Indonesia
dalam perdagangan mancanegara banyak kita dapati dari sumber-sumber luar negeri
dan dalam negeri, seperti berikut.
1. Berita dari Cina
Berita dari Cina yang memuat
keterlibatan bangsa Indonesia dalam perdagangan internasional, antara lain
sebagai berikut :
a. Catatan Dinasti Han, Dinasti Sung,
Dinasti Yuan, dan Dinasti Ming, menjelaskan bahwa sejak awal tahun masehi telah
terjadi hubungan dagang antara Cina dan Indonesia . Hubungan dagang itu
terbukti dari banyaknya barang-barang keramik (porselen) Cina yang ditemukan di
Indonesia.
b. Fa-Hien, seorang musafir yang singgah
di To-lo-mo selama lima bulan dalam perjalannya dari India ke Cina. Kemungkinan
yang dimaksud dengan Tolomo adalah Kerajaan Tarumanegara yang muncul di Jawa Barat
pada sekitar abad ke-5M.
c. I-Tsing, seorang peziarah dan rahib
Buddha. Dalam catatannya, ia menuliskan kesan tentang Kerajaan Sriwijaya
sebagai salah satu pusat agama Buddha di asia pada abad ke-7 M.
2. Berita dari India
Berita tertua terdapat dalam kitab Ramayana
yang menyebutkan bahwa Dewi Sinta diculik oleh Rahwana, Hanoman mencarinya
sampai ke Javadwipa (Jawa). Sumber lain berasal dari Piagam Nalanda yang
menyebutkan bahwa Kerajaan Sriwijaya memegang peran kunci untuk masuk ke
wilayah nusantara.
3. Berita dari Arab
Para saudagar dan ahli-ahli geografi
bangsa Arab menulis tentang Indonesia sejak abad ke-6 M. mereka sering menyebut
kerajaan bernama Zabag atau Sribusa. Kemungkinan yang dimaksud dengan Zabag
atau Sribusa inii adalah Kerajaan Sriwijaya. Zabag atau Sribusa terkenal
sebagai salah satu pusat perdagangan dan negeri yang kaya akan emas.
Jalur masuk berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia mengikuti jalur pelayaran perdagangan yang
berkembang pada saat itu yang menghubungkan India, Indonesia dan Cina. Agama
dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke indonesia melalui Selat Malaka, Laut Jawa,
dan Selat Makassar, namun ada juga yang melalui Laut sebelah barat Sumatra,
Selat Sunda, Laut Jawa, dan Selat Makassar.
Proses masuknya dan berkembangnya
pengaruh India di Indonesia disebut penghinduan atau Hinduisasi. Adapun hippotesis yang dikemukakan para ahli tentang
proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia, antara lain sebagai berikut .
1. Hipotesis Kesatria
Hipotesis Kesatria diutarakan oleh Prof.Dr.Ir.J.L.Moens Baliari, yang
berpendapat bahwa yang membawa agama Hindu ke Indonesia adalah kaum kesatria
atau golongan prajurit. Diduga karena adanya kekacauan politik atau peperangan
di India pada abad ke-4 M atau ke-5 M maka prajurit yang kalah terdesak dan
menyingkir ke Indonesia. Bahkan diduga mereka mendirikan kerajaan di Indonesia.
2. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis
waisya bahwa pembawa masuk kebudayaan India ke Indonesia adalah para pedagang.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa dan rakyatnya. Bahkan
diduga ada diantara mereka yang menikah dan menetap di Indonesia. Jalinan
hubungan ini membuka peluang bagi proses penyebaran budaya India. Pendukung
hipotesis ini salah satunya adalah N.J.Krom.
3. Hipotesis Brahmana
Hipotesis brahmana, diutarakan oleh J.C.Vanleur berpendapat bahwa agama Hindu
masuk ke Indonesia dibawa oleh kaum brahmana karena hanya kaum brahmanalah yang
berhak mempelajari dan mengerti isi kitab suci Weda. Kedatangan kaum Brahmana
tersebut diduga karena undangan penguasa/kepala suku di Indonesia atau mereka
sendiri yang sengaja datang untuk menyebarkan agama Hindu ke Indonesia.
4. Hipotesis Sudra
Von
Van Faber mengungkapkan
bahwa peperangan yang terjadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi
orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya.
Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudra yang memberi andil dalam
penyebaran budaya Hindu ke nusantara.
Pada dasarnya semua teori tersebut
memiliki kelemahan. Golongan Kesatria, Waisya dan terlebih Sudra tidak menguasai
bahasa Sanskerta. Padahal bahasa Sanskerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Golongan
Brahmana walaupun menguasai bahasa Sanskerta menurut kepercayaan Hindu kolot
tidak boleh menyebrangi laut.
Berdasarkan peranan bangsa Indonesia
dalam penyebaran agama Hindu dan Buddha maka terdapat dua sikap, yaitu bersikap
pasif dan bersikap aktif. F.D.K.Bosh
menyebutnya sebagai hipotesa arus
balik. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Bangsa Indonesia Bersikap Pasif
Pihak yang dianggap sebagai penyebar
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia adalah kaum Brahmana dari India. Alasannya
pengaruh budaya India yang berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur-unsur
brahmana. Misalnya, prasasti dan agama Hindu. Prasasti tersebut ditulis dalam bahasa
Sanskerta dan dengan huruf Pallawa. Padahal bahasa dan tulisan itu hanya
dimengerti oleh kaum brahmana. Selain itu, pengaruh kebudayaan Hindu tampak
jelas pada perkembangan agama Hindu di Indonesia. Urusannya keagamaan merupakan
tanggung jawab kaum Brahmana.
2. Bangsa Indonesia Bersikap Aktif
Pihak yang berperan sebagai penyebar
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia adalah para pedagang dan Brahmana
Indonesia. Para pedagang Indonesia pergi berdagang ke India dan melihat sendiri
keadaan di tempat itu. Mereka tertarik dengan keteraturan masyarakat dan
keunggulan budaya India. Terdorong untuk memajukan negrinya di Indonesia, maka
para pedagang tersebut mengundang brahmana ini ke Indonesia untuk
memperkenalkan kebudayaan Hindu-Buddha.
Kedatangan para brahmana India ke
Indonesia lama-kelamaan menimbulkan kelompok masyarakat baru. Brahmana India
pun membina para brahmana Indonesia. Selanjutnya, para brahmana Indonesia pergi
berziarah, para Brahmana itu juga memperdalam ilmu pengetahuan mereka. Setelah
dirasa cukup maka mereka kembali ke Indonesia dan mulai menyebarkan sesuai
dengan kondisi bangsa
Indonesia.
Dengan cara-cara seperti itu maka budaya Hindu-Buddha masuk dan diterima oleh
bangsa Indonesia.
Jadi, hubungan dagang telah
menyebabkan terjadinya proses masuknya penganut Hindu-Buddha ke Indonesia.
Beberapa hipotesis diatas menunjukan bahwa masuknya pengaruh Hindu-Buddha
merupakan satu proses tersendiri yang terpisah, namun tetap didukung oleh
proses perdagangan. Untuk agama Buddha diduga adanya misi penyiar agama Buddha
yang disebut dengan Dharmaduta, dan
diperkirakan abad ke-2 masehi agama Buddha masuk ke Indonesia. Hal ini
dibuktikan dengan adanya penemuan arca Buddha yang terbuat dari perunggu di
berbagai daerah di Indonesia, antara lain Sempaga (Sulawesi Selatan), Jember
(Jatim), Bukit Siguntang (Sumatra Selatan). Dilihat ciri-cirinya, arca tersebut
berasal dari langgam Amarawati (India Selatan) dari abad ke-2 sampai dengan
ke-5 masehi. Disamping itu juga ditemukan arca perunggu berlanggam Gandhara
(India Utara) di kota Bangun, Kutai (Kaltim). Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha
tidak begitu saja diterima oleh bangsa Indonesia, melainkan tetap mengalami
seleksi. Hal itu disebabkan bangsa Indonesia sendiri pada saat itu juga telah
memiliki kebudayaan sendiri yang juga telah berkembang. Selain itu, ada beberapa
penyebab unsur budaya Hindu-Buddha dapat diterima masyarakat Indonesia, antara
lain sebagai berikut.
1. Masyarakat Indonesia memiliki
dasar-dasar kebudayaan yang cukup tinggi sehingga masuknya budaya asing di
Indonesia menambah perbendaharaan dan saling mengisi dengan budaya Indonesia.
2. Kecakapan khusus bangsa Indonesia
disebut dengan local genius, yaitu
kecakapan suatu bangsa dalam menerima unsur-unsur kebudayaan asing dan mengolah
unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Masuknya
kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia menimbulkan akulturasi kebudayaan dengan
kebudayaan bangsa Indonesia. Adapun wujud akulturasi itu , seperti berikut.
1. Bahasa
Wujud akulturasi dalam bidang
bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sanskerta yang dapat
ditemukan sampai sekarang di mana bahasa Sanskerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Sanskerta pada awalnya banyak ditemukan
pada prasasti (batu tertulis) peninggalan kerajaan Hindu-Buddha (5-7M)
contohnya prasasti Yupa dari Kutai, prasasti peninggalan kerajaan Tarumanegara.
Pada perkembangan selanjutnya bahasa Sanskerta digantikan oleh bahasa Melayu Kuno
seperti yang ditemukan pada prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya (7-13M).
2. Religi/Kepercayaan
Sistem kepercayaan yang berkembang
di Indonesia sebelum agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia adalah kepercayaan
yang berdasarkan pada animisme dan dinamisme. Dengan masuknya agama Hindu-Buddha
ke Indonesia, masyarakat Indonesia mulai menganut atau mempercayai agama –agama
tersebut. Agama Hindu dan Buddha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami
perpaduan dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain
mengalami sinkritisme (bagian dari proses akulturasi yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu). Itu sebabnya agama Hindu dan Buddha
yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu –Buddha yang dianut
oleh masyarakat India. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara
ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Buddha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan
oleh umat Hindu Bali, ternyata upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat
Hindu di India.
3. Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Wujud akulturasi dalam bidang
organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi politik, yaitu
sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Dengan adanya pengaruh kebudayaan India tersebut maka sIstem pemerintah yang
berkembang di Indonesia adalah bentuk kerajaan yang diperintah oleh seorang
raja secara turun-temurun.
Raja di Indonesia ada yang dipuja
sebagai dewa atau dianggap keturunan dewa keramat sehingga rakyat sangat memuja
raja tersebut. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya raja-raja yang memerintah
singasari, seperti kertanegara diwujudkan sebagai Bairawa, dan Raden Wijaya
Raja Majapahit diwujudkan sebagai Harihara (Dewa Syiwa dan Wisnu jadi satu).
Pemerintahan seorang raja di
Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama
apabila raja tidak mempunyai putra
mahkota seperti yang terjadi di kerajaan majapahit, pada waktu pengangkatan Wikramawardana.
Wujud akulturasi disamping terlihat alam sistem pemerintahan juga terlihat
dalam sistem kemasyarakatan, yaitu pembagian lapisan masyarakat berdasarkan
sistem kasta.
Sistem kasta menurut kepercayaan
hindu terdiri atas kasta Brahmana
(golongan pendeta), kasta Kesatria (golongan prajurit dan
bangsawan), kasta Waisya (golongan
pedagang), dan kasta Sudra (golongan
rakyat jelata).
Kasta-kasta tersebut juga berlaku
atau dipercayai oleh umat Hindu Indonesia, tetapi tidak sama persis dengan
kasta-kasta yang ada di India. Hal itu dikarenakan kasta India benar-benar
diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan, sedangkan di Indonesia tidak demikian.
Di Indonesia kasta hanya diterapkan untuk upacara keagamaan.
4. Sistem Pengetahuan
Wujud akulturasi dalam bidang
pengetahuan, salah satunya, yaitu perhitunganwaktu berdasarkan kalender tahun
Saka, yaitu tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan, satu tahun Saka
sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun Saka dan tahun Masehi adalah 78 tahun.
Sebagai contoh tahun Saka 654 maka tahun Msehinya 654 + 78 = 732 M.
Disamping adanya pengetahuan tentang
kalender Saka, juga ditemukan perhitungan tahun Saka dengan menggunakan candrasangkala. Candrasangkala adalah
susunan kalimat atau gambar yang dapat dibaca sebagai angka. Candrasangkala
banyak ditemukan dalam prasasti yang ditemukan di Pulau Jawa dan menggunakan
kalimat bahasa Jawa. Salah satu contohnya yaitu kalimat Sirna ilang kertaning bhumi
apabila diartikan sirna = 0, ilang = 0, kertaning = 4, dan bhumi
= 1 maka kalimat tersebut diartikan dari belakang, yaitu sama dengan tahun 1400
Saka atau sama dengan 1478 M yang merupakan tahun runtuhnya Majapahit.
5. Peralatan Hidup dan Teknologi
Salah satu wujud akulturasi dari
peralatan hidup dan teknologi terlihat dalam seni bangunan candi. Seni bangunan
candi tersebut memang mengandung unsur budaya India, tetapi keberadaan
candi-candi di Indonesia tidak sama dengan candi-candi yang ada di India karena
candi di Indonesia hanya mengambil unsur teknologi pembuatannya melalui
dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab
Silpasastra, yaitu sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk
melaksanakan pembuatan arca dan bangunan.
Untuk itu, dilihat dari bentuk dasar
maupun fungsi candi tersebut terdapat perbedaan. Bentuk dasar bangunan candi di
Indonesia punden berundak-undak yang merupakan salah satu peninggalan
kebudayaan Megalithikum dan berfungsi
sebagai tempat pemujaan. Adapun fungsi bangunan candi itu sendiri di Indonesia
sesuai dengan asal kata “candi” tersebut. Perkataan “candi” berasal dari kata
“candika” yang merupakan salah satu nama Dewi Durga atau dewi maut sehingga
candi merupakan bangunan untuk memuliakan orang yang telah wafat, khususnya
raja-raja dan orang-orang terkemuka.
Disamping
itu dalam bahasa Kawi, candi berasal dari kata “cinandi” artinya yang
dikuburkan. Untuk itu, yang dikuburkan di dalam candi bukanlah mayat atau abu
jenazah melainkan berbagai macam benda yang yang menyangkut lambang jasmaniah
raja yang disimpan dalam pripih.
Dengan demikian, fungsi candi Hindu
di Indonesia adalah untuk pemujaan terhadap roh nenek moyang atau dihubungkan
dengan raja yang sudah meninggal. Hal ini terlihat dari adanya lambang jasmaniah
raja, sedangkan fungsi candi di India adalah untuk tempat pemujaan terhadap
dewa, contohnya seperti candi-candi yang terdapat di kota Benares merupakan
tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
Untuk candi yang bercorak Buddha fungsinya
sama dengan di India, yaitu untuk memuja Dyani Bodhisattwa yang dianggap
sebagai perwujudan dewa
Untuk candi Buddha di India hanya
berbentuk stupa, sedangkan di Indonesia stupa merupakan ciri khas atap
candi-candi yang bersifat agama Buddha. Dengan demikian, seni bangunan candi di
Indonesia memiliki kekhasan tersendiri karena Indonesia hanya mengambil intinya
saja dari unsur budaya India sebagai dasar ciptaannya dan hasilnya tetap
sesuatu yang bercorak Indonesia.
6. Kesenian
Wujud akulturasi dalam bidang
kesenian terlihat dalam bidang seni dari seni rupa, seni sastra, dan seni
pertunjukan. Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari
relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi banyak
menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu
ataupun Buddha.
Gambar relief pada candi Borobudur
ada yang menggambarkan Buddha sedang digoda oleh mara yang menari-nari diiringi
gendang. Relief ini mengisahkan riwayat hidup sang Buddha seperti yang terdapat
dalam kitab Lalitawistara. Demikian pula
halnya dengan candi-candi Hindu. Relief-reliefnya yang juga mengambil kisah
yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti kisah Ramayana yang digambarkan
melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran.
Dari relief-relief tersebut apabila
diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambila kisah asli cerita
tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh relief tersebut adalah
suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat Indonesia. Dengan
demikian, terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja budaya India,
tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di Indonesia.
Untuk wujud akulturasi dalam seni
sastra dapat dibuktikan dengan adanya suatu cerita/kisah yang berkembang di
Indonesia yang bersumber dari kitab Ramayana yang ditulis oleh Walmiki dan
kitab Mahabarata yang ditulis oleh Wiyasa. Keduan kitab tersebut merupakan
kitab kepercayaan umat Hindu. Akan tetapi, setelah berkembang di Indonesia
tidak sama seperti aslinya dari India karena sudah disadur kembali oleh
pujangga-pujangga Indonesia ke dalam bahasa Jawa Kuno. Tokoh-tokoh cerita dalam
kisah tersebut ditambah dengan hadirnya tokoh Punokawan, seperti Semar, Bagong,
Petruk, dan Gareng. Bahkan, dalam kisah Bharatayudha yang disadur dari kitab Mahabarata
tidak menceritakan perang antara Pendawa dan Kurawa, melainkan menceritakan
kemenangan Jayabaya dari Kediri melawan Jenggala.
Disamping itu juga kisah Ramayana
ataupun Mahabarata diambil sebagai suatu cerita dalam seni pertunjukan di
Indonesia, yaitu salah satunya pertunjukan wayang. Seni petunjukan wayang merupakan
salah satu kebudayaan asli Indonesia sejak zaman prasejarah dan pertunjukan
wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam
pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah
Ramayana ataupun Mahabarata yang berasal dari budaya India, tetapi tidak sama
persis dengan aslinya karena sudah mengalami perubahan. Perubahan tersebut
antara lain terletak dari karakter atau perilaku tokoh-tokoh cerita, misalnya
dalam kisah Mahabarata keberadaan tokoh durna, dalam cerita aslinya durna
adalah seorang mahaguru bagi Pendawa dan Kurawa dan berprilaku baik, tetapi
dalam lakon Indonesia durna adalah tokoh yang berperangai buruk suka menghasut.
B. Daerah yang dipengaruhi dan tidak di
pengaruhi unsur hindu-buddha di Indonesia sampai abad XIV
Masuknya
unsur Hindu-Buddha ke Indonesia berlangsung dengan damai, bertahap, dan
berkelanjutan. Hampir semua wilayah Indonesia menerima pengaruh Hindu dan
Buddha, kecuali wilayah Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
1. Wilayah yang dipengaruhi unsur-unsur
Buddha di Indonesia
Bukti-bukti
peninggalan yang dapat menjelaskan keberadaan pengaruh Buddhisme di Indonesia
adalah penemuan arca perunggu Buddha sempaga (Sulawesi selatan). Dilihat dari
bentuknya, arca ini mempunyai bentuk sama dengan arca yang dibuat di Amarawati
(India). Para ahli menduga arca tersebut merupakan barang dagangan ataupun benda
persembahan. Tidak hanya di daerah Sempaga saja, beberapa tempat seperti di
Besuki (Jawa Timur) dan sumatra selatan juga adalah tempat penemuan patung
Buddha.
Gambar :
arca/patung Buddha yang ditemukan di sempaga (Sulawesi Selatan)
2. Wilayah yang dipengaruhi unsur-unsur
Hindu di Indonesia
Kemunculan
unsur Hindu di Indonesia diduga pada sekitar abad ke-5 masehi. Tonggak waktu
tesebut diambil dari penafsiran tujuh buah yupa peninggalan kerajaan Kutai di
Kalimantan timur dan tujuh buah prasasti dari kerajaan Tarumanegara di Jawa
Barat sekarang ini. Oleh karena Yupa dan Prasasti di kedua kerajaan tersebut
menggunakan huruf pallawa, maka diperkirakan kebudayaan Hindu yang menyebar ke
beberapa daerah di Indonesia pada tahap permulaan berasal dari India Selatan.
Agama dan kebudayaan Hindu di Indonesia kemudian berkembang di kerajaan-kerajaan,
seperti kerajaan Holling, Mataram Hindu, Kanjuruhan, Kediri, Singasari,
Majapahit,Sunda,dan Bali.
3. Wilayah yang tidak dipengaruhi unsur Buddha di
Indonesia
Wilyah yang
tidak dipengaruhi unsur budaya hindu-buddha, yaitu Maluku dan sekitarnya,
pulau-pulau di nusa tenggara, Maluku dan papua serta sekitarnya. Kemungkinan
tidak masuknya pengaruh tersebut karena wilayah Indonesia bagian timur dianggap
terlalu jauh untuk dijangkau, wilayahnya sangat terpencil dan sarana
transportasi tidak ada. Selain itu, kawasan Indonesia amat luas dan terdiri
atas ribuan pulau yang terhampar dari barat sampai ke timur.
PENUTUP
Penutup dari pada makalah kami terdiri atas :
Kesimpulan :
Jadi Masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu dan Buddha dari India ke Indonesia
terjadi karena adanya hubungan antara bangsa Indonesia, India,dan bangsa-bangsa
lainnya di kawasan Asia Selatan ,Timur,dan Tenggara.Hubungan tersebut tidak
hanya terjadi melalui perdagangan tetapi juga terjadi melalui kegiatan politik
dan diplomasi,pelayaran,pendidikan,dan kebudayaan.Melalui lalu lintas
tersebut,terjadi pertukaran barang,pengalaman,dan kebudayaan Hindu dan Buddha.
Ada empat hipotesis yang dikemukakan oleh para ahli tentang proses masuknya
budaya Hindu-Buddha yaitu Hipotesis Kesatria, Hipotesis Waisya, Hipotesis
Brahmana dan Hipotesis Sudra. Tetapi dari ke empat hipotesis tersebut memiliki
kelemahan. Golongan Kesatria, Waisya dan terlebih Sudra tidak menguasai bahasa
Sanskerta. Padahal bahasa Sanskerta adalah bahasa sastra tertinggi yang dipakai dalam kitab suci Weda. Golongan
Brahmana walaupun menguasai bahasa Sanskerta menurut kepercayaan Hindu kolot
tidak boleh menyebrangi laut.
Masuknya kebudayaan Hindu-Buddha ke
Indonesia menimbulkan akulturasi. Akulturasi adalah fenomena yang timbul
sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda
bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus yang kemudia
menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu
kelompok atau kedua-duanya. Wujud akulturasi tersebut yaitu, bahasa,
religi/kepercayaan, organisasi sosial kemasyarakatan, sistem pengetahuan,
peralatan hidup dan teknologi, dan kesenian.
Daerah yang dipengaruhi unsur-unsur
Hindu-Buddha di Indonesia meliputi seluruh Pulau Jawa, Bali, Pulau Sumatra,
Kutai (Kalimantan Selatan), Sanggau (Kalimantan Barat), dan Sempaga (Sulawesi
Selatan). Daerah yang tidak dipengaruhi budaya Hindu-Buddha adalah wilayah Nusa
Tenggara, Maluku, Papua dan sekitarnya. Kemungkinan penyebab tidak masuknya
pengaruh tersebut karena wilayah Indonesia bagian timur dianggap terlalu jauh
untuk dijangkau, wilayahnya sangat terpencil dan sarana transportasi tidak ada.
Selain itu, kawasan Indonesia amat luas dan terdiri atas ribuan pulau yang
terhampar dari barat sampai ke timur.
Saran, pendapat dan pertanyaan :
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun Indonesia Heritage. 1998. Indonesian Heritage: Early Modern
History. Singapore : Grolier International.
Chau Ming. 1994. Mengenal Beberapa
Aspek Filsafat Konfusianisme, taoisme, dan Buddhisme, JILID III. Jakarta:Sasana
Rickflefs, M. C. 1998. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyaarta : Gajah Mada university Press.
Marwati Djoned Poesponegoro, Nugroho Notosusonto . 1948. Sejarah Nasional Indonesia Jilid da
Tidak ada komentar:
Posting Komentar